Asal usul Manusia Ditinjau dari kacamata islam



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang tercipta berdasarkan ketentuan Allah, bukan secara kebetulan dan serampangan. Ia tercipta untuk tujuan tertentu bukan untuk kesia-siaan. Walaupun manusia dinobatkan sebagai khalifah karena dikaruniai pemberian, mempunyai berbagai pengetahuan dan mampu menganalisa aspek-aspek penting dalam kekhalifahan dan mengkaji hukum-hukum alam, namun ia masih tergolong sebagai makhluk yang lemah, seringkali ditaklukan oleh hawa nafsu, dan tidak mengenal jiwanya.
B. Rumusan Masalah
  1. Siapa Manusia itu ?
  2. Proses Penciptaan Adam ?
  3. Aspek historis Penciptaannya ?
  4. Komponen Biologis ?
  5. Reproduksi Keberadaan ?
  6. Ruh dan Nafs ?
  7. Fitrah Manusia : Hanif dan Potensi akal, qalbu dan Nafsu ?
C. Batasan Masalah
Mengetahui tahap-tahap kehidupan seorang umat manusia dari masa ia diciptakan hingga menjelang kematiannya.

D. Tujuan
Tujuan utama mengetahui asal-usul manusia adalah untuk menumbuhkan wawasan, kesadaran akan diri manusia  bahwa yang menciptakan dirinya dengan bentuk yang sempurna  adalah tuhannya yaitu Allah SWT.
E. Sistematika Penulisan
  • Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari :
    Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Sistematika penulisan.
  • Bab II Pembahasan, yang terdiri dari :
    Siapa Manusia itu ,Proses Penciptaan Adam , Aspek Historis Penciptaannya ,Komponen Biologis, Reproduksi Keadaan ,Ruh dan Nafs ,Fitrah Manusia : Hanif dan Potensi akal, qalbu dan Nafsu
  • Bab III Penutup, yang terdiri dari :
    Kesimpulan, Saran, Dan Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
  1. SIAPA MANUSIA ITU?
Manusia adalah ciptaan Allah yang paling besar, untuk itu terlebih dahulu id harus mengenal Nya. Kalau manusia itu sudah mengenal jiwanya pasti ia akan mengenal Tuhannya. Pernyataan ini identik dengan bunyi suatu kalimat :
“Barang siapa sudah mengenal jiwanya, maka ia akan mengenal Tuhannya”
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” ( At-Tiin : 4 ) Manusia ditinjau dari susunan postulat tubuhnya adalah ciptaan Allah yang paling sempurna ditimbang makhluk hidup lainnya yang ada dimuka bumi.
Berangkai dari persepsi semacam itu maka eksistensi manusia balik yang bersifat ektern maupun intern selalu memperlihatkan kesempurnaan dari ciptaan yang begitu mendetail lewat gerakan anggota tubuhnya.
“Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah dan kikir. Apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kesenangan, ia amat kikir” (Al-Ma’arij 19-21) Manusia yang mengagumkan ini tercipta dan bermula dari tiada, lalu ia menciptakan dari debu ? dari setepul debu ini muncul keturunan bani Adam, Allah menciptakan manusia secara bertahab, mengalami beberapa fase perkembangan dan evolusi, dari debu menjadi sperma dan kemudian menjadi segumpal darah ? ini merupakan bukti kebesaran Allah.
Firman Allah S. Adz. Dzariyat : 20 – 21 Yang dimaksud manusia disini, ya manusia secara umum. Mereka diciptakan dari segumpal darah dengan jenis dan ras yang berbeda beda, tapi mereka mempunyai proses penciptaan yang sama, hal ini menunjukkan bahwa Allah mengistimewakan manusia, agar mereka ingat dan menyadari bahwa Dia telah memberikan kemuliaan, melindungi peranan dan menjunjung tinggi kedudukan mereka diantaramakhluk-makhluk yang lain.
2. PROSES PENCIPTAAN ADAM
Allah menciptakan Adam berdasarkan kehendak dan Kekuasaan Nya. Proklamasi penciptaan manusia dari tanah kepada para Malaikat adalah merupakan kehormatan pertama yang diberikan oleh Allah kepada manusia.
Penobatan manusia sebagai khalifah di Bumi, adalah suatu kehormatan besar dari Allah sebagai penciptanya, sehingga Dia memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepada manusia. Yang lebih besar dari peristiwa ini dan merupakan keistimewaan bagi manusia adalah ditiupkan Nya roh (ciptaan) Allah kedalam dirinya. Ini sebagai sinyalemen bahwa asal usul manusia itu suci, tercipta dari bahan yang berkualitas tinggi dan memiliki fitrah yang murni.
3. Aspek Historis Penciptaannya
    Al-Quran tidak merinci secara kronologis penciptaan manusia menyangkut waktu dan tempatnya, namun Al-Quran menjelaskan titik-titik penting : dari titik manakah kehidupan itu bermula, ayat-ayat Al-Quran menegaskan bahwa asal-usul manusia ( bersifat ) air, Qs.Al-Anbiya’( 21 ) : 30. Asal-usul kehidupan hewan Qs. An-Nur ( 24 ) : 45.
4. Komponen Biologis
    Komponen –komponen pembentuk manusia :
  • Turaab,yaitu tanah gemuk, Qs.Kahfi ( 18 ) : 37.
  • Tiin, yaitu tanah lempung Qs.Sajdah ( 32 ) : 4
  • Tiinul Lazib, tanah lempung yang pekat Qs. As.Saffat ( 37 ) :8.
  • Salsaalun, lempung yang dikatakan Kalfakhkhar ( seperti tembikar ).
  • Salsalun min humain masnuun ( lempumg dari lumpur yang dicetak/diberi bentuk Qs.Al-Hijr ( 15 ) : 26.
  • Sulalatun min tiin, sari pati lempung, sulalat berarti sesuatu yang dasarikan dari sesuatu yang lain.
  • Air, yang dianggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan Qs.Al-Furqan (25):45.


5. Reproduksi Keberadaan
Asal usul manusia dilihat dari sisi reproduksinya banyak sekali dijelaskan
Al-Qur’an misalnya: Manusia berasal dari Nutfatam (nutfatam min maniyyin yumna) atau setetes sperma yang ditumpahkan.
Nutfah, berarti sejumlah sangat kecil yang sering diartikan sebagai setetes air (Qs. Abasa 80:19).
Al-Qur’an yang mengungkapkan proses kejadian manusia itu antara lain terdapat didalam surat Al-Mu’minun ayat 12-14(sebagaimana dikutip pada halaman 25), secara ringkas adalah
  1. Diciptakan dari saripati tanah (sulalatin min thin), lalu
  2. Menjadi air mani (nutfhah yang disimpan dalam rahim),lalu
  3. menjadi segumpal darah (alaqah),  lalu diproses
  4. Allah SWT menjadikannya segumpal daging (mudhghah)
  5. Lalu disusunlah tulang belulang (idhaman)
  6. Lalu dibungkus tulang belulang tersebut dengan daging (rahman).
  7. Makhluk yang (berbentuk) lain (janin). Q.S. Al-Mukminun; 12-14
    Ditiupkan roh (dari Allah) pada hari yang ke 120 usia kandungan
  8. Lalu lahirilah sebagai seorang bayi Q.S. Al-Hajj; 5
  9. Dia jadikan sebuah pendengaran, penglihatan dan hati Q.S. An-Nahl; 78
  10. Tumbuhlah menjadi anak-anak, lalu dewasa,dan tua (pikun) Q.S. Al-Hajj; 5
  11. Kemudian seorang manusia menemui kematian Q.S. Almukminun; 15
  12.  Lalu dibangkitkan (dari kubur) di hari kiamat Q.S. Al-Mukminun; 16
6. Ruh dan Nafs
Ruh adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan manusia.
Firman Allah S.W.T :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tali, maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh ciptaanKu maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepada Ku” (As-shad : 38, 71-72)
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah Ruh itu termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Al-Isra 17 : 85)
Ruh adalah getaran Ilahiyah yaitu getaran sinyal ketuhanan sebagaimana rahmat, nikmat dan hikmah yang kesemuanya sering terasakan sentuhannya, tetapi sukar dipahami hakekatnya. Sentuhan getaran rohanian itulah yang menyebabkan manusia dapat mencera nilai-nilai belas kasih, kejujuran, kebenaran, keadilan dsb.
Istilah Nafs banyak tersebar dalam Al-Qur’an. Istilah Nafs memiliki pengertian yang sangat terkait dengan aspek fisik manusia. Gejolah Nafs dapat dirasakan menyebar keseluruh bagian tubuh manusia karena tubuh manusia merupakan kumpulan dari bermilyar-milyar sel hidup yang saling berhubungan.
Nafs bekerja sesuai dengan bekerjanya sistem biologis manusia. Hubungan antara nafs dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk diketahui dengan pasti bagaimana hubungan itu berjalan. Dua hal yang berbeda, mental dan fisik dapat menjalin interelasi sebab akibat. Kesedihan dapat menyebabkan mata mengeluarkan siaran. Kesengsaraan membuat badan kurus. Dikenal pula istilah PSIKOMATIK, yaitu penyakit2 fisik yan disebabkan oleh masalah kejiwaan.
7. Fitrah Manusia : Hanif dan Potensi akal, qalbu dan Nafsu.
Kata fitrah merupakan derivasi dari kata fatara, artinya ciptaan, suci dan seimbang. Louis ma’luf dalam kamus Al Munjud menyebutkan bahwa fitrah adalah sifat yang ada pada setiap awal penciptaannya, sifat alami manusia, agama, sunnah.
Menurut Imam Al-Gazali, fitrah adalah kondisi dimana Allah menciptakan manusia yang menghadapkan dirinya kepada kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan fikiran. Dengan demikian fitrah dari segi bahasa dapat diartikan bagai kondisi awal suatu ciptaan atau kondisi awal manusia yang memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung kepada kebenaran (hanif) Manusia menurut pandangan kaum materialis “Manusia hanyalah sekepal tanah dibumi, dari bumi mereka berasal, dibumi mereka hidup, makan dan minum, berjalan, beraktivitas, setelah mati kembali menjadi tanah, tidak ada proses lagi, tidak ada keistimewaan manusia dibanding makhluk lainnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang terdiri dari jiwa dan raga, berwujud fisik dan ruh (ciptaan) Allah. Yang Diciptakan dari saripati tanah (sulalatin min thin), lalu Menjadi air mani (nutfhah yang disimpan dalam rahim),lalu menjadi segumpal darah (alaqah) lalu diproses. Allah SWT menjadikannya segumpal daging (mudhghah) Lalu disusunlah tulang belulang (idhaman) Lalu dibungkus tulang belulang tersebut dengan daging (rahman). Makhluk yang (berbentuk) lain (janin). Ditiupkan roh (dari Allah) pada hari yang ke 120 usia kandungan Lalu lahirilah sebagai seorang bayi. Dia jadikan sebuah pendengaran, penglihatan dan hati, Tumbuhlah menjadi anak-anak, lalu dewasa,dan tua (pikun), Kemudian seorang manusia menemui kematian  Lalu dibangkitkan (dari kubur) di hari kiamat.
Saran
Dari pembahasan karya ilmiah di atas kita dapat mengetahui bahwa diantara beberapa macam pembahasan kita dapat mengambil manfaat, maka dari itu mari kita gunakan dengan sebaik- baik mungkin dari beberapa kegunaan mempelajari asal mula manusia ditinjau dari kacamata islam.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Najib Burhani(ed.), Manusia Modern Mendamba Allah: Renungan Tasawuf Positif, IIMaN, Jakarta, 2002
Amin Syukur, Menggugat Tasawuf: sufisme dan tanggung jawab sosial abad 21, Pustaka Pelajar, Yogayakarta, 2002
Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam Ringkas, P.T. Raja Grafindo Persd, Jakarta, 1999
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, P.T. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1997
Isam’il Raji’ al-Faruqi & Lois Lamya al-Faruqi, Atlas Budaya Islam, Mizan, Bandung,1998
Jalaluddin Rakhmat, Reformasi Sufistik: Halaman Akhir “Fikri Yathir”, Pustaka Hidayah, Bandung, 1997




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian dan ciri hadis mutawatir

pengaruh zat adiktif bagi kesehatan tubuh