Perubahan Sosial Budaya Dari Perkembangan Masyarakat
A. Perilaku Manusia
Perilaku manusia adalah
sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh
adat, sikap, emosi, nilai, etika , kekuasaan, persuasi, dan/atau
genetika.
Perilaku seseorang dikelompokkan
ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan
perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai
sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya
merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar.
B. Nilai Sosial
Nilai sosial adalah nilai yang
dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa
yang dianggap buruk oleh masyarakat. Woods mendefinisikan nilai
sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang
mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menentukan sesuatu itu
dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui
proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan
yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu
dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai.
Ciri-ciri nilai social
diantaranya yaitu:
1. Merupakan konstruksi
masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat.
2. Disebarkan di antara warga
masyarakat (bukan bawaan lahir).
3. Terbentuk melalui
sosialisasi(proses belajar)
4. Merupakan bagian dari usaha
pemenuhan kebutuhan dan kepuasan social manusia.
5. Bervariasi antara kebudayaan
yang satu dengan kebudayaan yang lain.
6. Dapat memengaruhi pengembangan
diri social
7. Memiliki pengaruh yang berbeda
antarwarga masyarakat
8. Cenderung berkaitan satu sama
lain.
Berdasarkan ciri-cirinya, nilai
sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan dan nilai
mendarah daging (internalized
value). Nilai dominan
adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya.
Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan
kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui
proses berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar).
2. PERILAKU SOSIAL
A.
Definisi Perilaku Sosial
Perilaku sosial adalah suasana
saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin
keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001). Sebagai bukti bahwa manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat
melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain.
Oleh karena itu, manusia dituntut mampu bekerja sama, saling
menghormati, tidak mengganggu hak orang lain, toleran dalam hidup
bermasyarakat .
B.
Faktor – Faktor Pembentuk Perilaku Sosial
Baron
dan Byrne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat
membentuk perilaku social seseorang, yaitu :
1. Perilaku dan karakteristik
orang lain
Jika
seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki
karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti
kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan
pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang
berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti
itu. Pada aspek ini guru memegang peranan penting sebagai sosok yang
akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku social siswa, karena ia
akan member pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan siswa untuk
melakukan sesuatu perubahan.
2. Proses kognitif
Ingatan
dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang
menjadi dasar kesadaran social seseorang akan berpengaruh terhadap
perilaku sosialnya.
3. Factor lingkungan
Lingkungan
alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku social seseorang. Misalnya
orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa
berkata keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula ketika
berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam
bertutur kata.
4. Latar budaya sebagai tempat
perilaku dan pemikiran social itu terjadi
C.
Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial
Bentuk
dan perilaku social seseorang dapat pula ditunjukkan oleh sikap
sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari (2004:161) adalah “suatu cara
bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu”. Sedangkan sikap
social dinyatakan oleh cara kegiatan yang sama dan berulang terhadap
obyek social yang menyebabkan terjadinya cara tingkah laku yang
dinyatakan berulang terhadap salah satu obyek social (W.A. Gerungan,
1978:151-152).
Perilaku
social dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antar
pribadi, yaitu :
1. Kecenderungan Perilaku Peran
Ø Sifat pemberani dan
pengecut secara social
Orang
yang memiliki sifat pemberani, biasanya akan suka mempertahankan dan
membela haknya, tidak malu-malu atau tidak segan melakukan sesuatu
perbuatan yang sesuai norma di masyarakat dalam mengedepankan
kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifat pengecut
menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya.
Ø Sifat berkuasa dan sifat
patuh
Orang
yang memiliki sifat berkuasa dalam perilaku social, biasanya
ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi
kepada kekuatan, percaya diri, berkemauan keras, suka member perintah
dan memimpin langsung. Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah
menunjukkan perilaku social yang sebaliknya.
Ø Sifat inisiatif secara
social dan pasif
Orang
yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi kelompok,
tidak suka mempersoalkan latar belakang, suka member masukan atau
saran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih
kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara social
ditunjukkan oleh perilaku yang bertentangan dengan sifat orang yang
aktif.
Ø Sifat mandiri dan
tergantung
Orang
yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya
dilakukan oleh diri sendiri, seperti membuat rencana sendiri,
melakukan sesuatu dengan cara sendiri, tidak suka berusaha mencari
nasihat atau dukungan dari orang lain, dan secara emosional cukup
stabil. Sedangkan sifat orang yang ketergantungan cenderung
menunjukkan perilaku social sebaliknya.
2. Kecenderungan Perilaku dalam
Hubungan Sosial
Ø Dapat diterima atau
ditolak oleh orang lain
Orang
yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya tidak
berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan
tulus menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang
ditolak biasanya suka mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan
orang lain.
Ø Suka bergaul dan tidak
suka bergaul
Orang
yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan social yang baik, senang
bersama dengan yang lain dan senang bepergian. Sedangkan orang yang
tidak suka bergaul menunjukkan sifat dan perilaku sebaliknya.
Ø Sifat ramah dan tidak
ramah
Orang
yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang,
dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung
bersifat sebaliknya.
Ø Simpatik dan tidak
simpatik
Orang
yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan
keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas.
Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkan sifat-sifat yang
sebaliknya.
3. Kecenderungan Perilaku
Ekspresif
Ø Sifat suka bersaing
(tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka bekerja sama)
Orang
yang suka bersaing biasanya menganggap hubungan social sebagai
perlombaan, lawan adalah saingan yang harus dikalahkan, memperkaya
diri sendiri. Sedangkan orang tidak suka bersain menunjukkan
sifat-sifat yang sebaliknya.
Ø Sifat agresif dan tidak
agresif
Orang
yang agresif biasanya suka menyerang orang lain baik langsung ataupun
tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh pada penguasa,
suka bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang yang tidak agresif
menunjukkan perilaku sebaliknya.
Ø Sifat kalem atau tenang
secara social
Orang
yang kalem biasanya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain,
mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu jika
ditonton orang.
Ø Sifat suka pamer atau
menonjolkan diri
Orang
yang suka pamer biasanya berperilaku berlebihan, suka mencari
pengakuan, berperilaku aneh untuk mencari perhatian orang lain.
3.
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DALAM MASYARAKAT
A. Bentuk – Bentuk Sosial
Budaya dan Penyebarannya
1. Perubahan Lambat dan Perubahan
Cepat
Perubahan lambat disebut juga
evolusi. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat
dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi
baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh
perubahan evolusi adalah perubahan struktur masyarakat.
Perubahan cepat disebut juga
dengan revolusi, yaitu perubahan social mengenai unsure-unsur
kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung
relative cepat. Terjadinya proses revolusi memerlukan persyaratan
tertentu. Hal-hal yang mendukung terciptanya revolusi diantaranya,
yaitu:
a. Ada keinginan umum untuk
mengadakan suatu perubahan.
b. Adanya seorang pemimpin atau
sekelompok orang yang mampu memimpin masyarakat tersebut.
c. Harus bisa memanfaatkan
momentum untuk melaksanakan revolusi.
d. Harus ada tujuan gerakan yang
jelas dan dapat ditunjukkan kepada masyarakat.
e. Kemampuan pemimpin dalam
menapung, merumuskan, serta menegaskan rasa tidak puas masyarakat dan
keinginan-keinginan yang diharapkan untuk dijadikan program dan arah
gerakan revolusi.
2. Perubahan Kecil dan Perubahan
Besar
Perubahan kecil adalah perubahan
yang terjadi pada unsur-unsur struktur social yang tidak membawa
pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh
perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode
pakaian.
Perubahan besar adalah perubahan
yang terjadi pada unsur-unsur struktur social yang membawa pengaruh
langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan
besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi
pola kehidupan masyarakat.
3. Perubahan yang Dikehendaki
atau Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau Tidak
Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau
yang direncanakan merupakan perubahan yang telah diperkirakan atau
direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak melakukan
perubahan di masyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of
change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat
kepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah suatu system social.
Contoh perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan atau
perubahan tatanan permerintahan, misalnya perubahan tata pemerintahan
Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi.
Perubahan yang tidak dikehendaki
atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi di luar
jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya
akibat-akibat social yang tidak diharapkan. Contohnya yaitu munculnya
berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan Orde
Lama ke Orde Baru dan peralihan tatanan Orde Baru ke Orde Reformasi.
4. Sebab-Sebab yang Berasal dari
Masyarakat Sendiri atau yang Berasal dari Luar Masyarakat
a. Sebab-sebab yang berasal dari
dalam masyarakat (sebab intern)
- Dinamika penduduk, yaitu
pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
- Adanya penemuan-penemuan baru
yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru
(discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari
bentuk penemuan lama(invention).
- Munculnya berbagai bentuk
pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
- Terjadinya pemberontakan atau
revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-perubahan
besar.
b.
Sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat (sebab ekstern)
- Adanya pengaruh bencana
alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk
mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat
tersebut mendiami tempat tinggal baru, maka mereka harus menyesuaikan
diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini
kemungkinan besar juga dapat mempengaruhi perubahan pada struktur dan
pola kelembagaannya.
- Adanya peperangan, baik
perang saudara maupun perang antarnegara dapat menyebabkan perubahan,
karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideology dan
kebudayaan ke pihak yang kalah.
- Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain
B.
Faktor Pendorong Dan Penghabat Perubahan Sosial
1.
Faktor-Faktor Pendorong Perubahan
a.
Adanya kontak dengan kebudayaan lain
Kontak
dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling berinteraksi
dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan.
b.
System pendidikan formal yang maju
Pendidikan
memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka
pikiran dan mem-biasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan
objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai
apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi perkembangan zaman
atau tidak.
c.
Sikap menghargai hasil karya orang lain
Penghargaan
terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk
berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu
untuk menghasilkan karya-karya lain.
d.
Toleransi terhadap perbuatan yang menyimpang
Penyimpangan
sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana,
dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk
itu, toleransi dapat diberikan agarsemakin tercipta hal-hal baru yang
kreatif.
e.
System terbuka masyarakat (open startification)
Sistem
terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal
yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi
mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan
sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk
dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
f.
Heterogenitas penduduk
Di
dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras,
dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat
menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong
terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat dalam upayanya
untuk mencapai keselarasan sosial.
g.
Orientasi ke masa depan
Pemikiran
yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu
berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang
disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
h.
Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu
Ketidakpuasan
yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan
reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan gerakan revolusi untuk
mengubahnya.
i.
Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki
hidupnya
2.
Faktor-Faktor Penghambat Perubahan
a.
Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
b.
Terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuan
c.
Sikap masyarakat yang masih sangat tradisional
d.
Rasa takut terjadinya kegoyahan pada integritas kebudayaan
e.
Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
(vested interest)
f.
Adanya sikap tertutup dan prasangka terhadap hal baru/asing
g.
Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
h.
Adat atau kebiasaan yang telah mengakar
i.
Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin
diperbaiki (pandangan pesimistis).
C.
Perilaku Masyarakat Sebagai Tanda Akibata Adanya Perubahan Sosial
Perubahan
sosial budaya akan mengubah adat, kebiasaan, cara pandang, bahkan
ideologi suatu masyarakat. Telah dijelaskan di depan bahwa perubahan
sosial budaya dapat mengarah pada hal-hal positif (kemajuan) dan
hal-hal negatif (kemunduran). Hal ini tentu saja memengaruhi pola dan
perilaku masyarakatnya.
Berikut
ini hal-hal positif atau bentuk kemajuan akibat adanya perubahan
sosial budaya.
1. Memunculkan ide-ide budaya
baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.
2. Membentuk pola pikir
masyarakat yang lebih ilmiah dan rasional.
3. Terciptanya penemuan-penemuan
baru yang dapat membantu aktivitas manusia.
4. Munculnya tatanan kehidupan
masyarakat baru yang lebih modern dan ideal.
Berikut
ini hal-hal negatif atau bentuk ke-munduran akibat adanya perubahan
sosial budaya.
1. Tergesernya
bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing yang terkadang tidak
sesuai dengan kaidah budaya-budaya nasional.
2. Adanya beberapa kelompok
masyarakat yang mengalami ketertinggalan kemajuan budaya dan kemajuan
zaman, baik dari sisi pola pikir ataupun dari sisi pola kehidupannya
(cultural lag atau kesenjangan budaya).
3. Munculnya bentuk-bentuk
penyimpangan sosial baru yang makin kompleks.
- Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya lunturnya kesadaran bergotong-royong di dalam kehidupan masyarakat kota.
D.
Sikap Kritis Terhadap Pengaruhnya Perubahan Sosial
Apapun
bentuk perubahan sosial budaya akan menghasilkan suatu bentuk, pola,
dan kondisi kehidupan masyarakat yang baru. Kita tentu harus bisa
menentukan sikap terhadap dampak perubahan sosial budaya yang terjadi
di tengah-tengah masyarakat. Sikap apriori yang berlebihan
tentu saja tidak perlu dikedepankan, mengingat sikap tersebut
merupakan salah satu penyebab terhambatnya proses perubahan sosial
budaya yang berujung pada terhambatnya proses perkembangan masyarakat
dan modernisasi. Demikian juga dengan sikap menerima setiap perubahan
tanpa terkecuali. Sikap tersebut cenderung akan membuat kita meniru
(imitasi) terhadap setiap perubahan sosial budaya yang terjadi,
meskipun perubahan tersebut mengarah pada perubahan yang bersifat
negatif. Kita diharapkan mampu memiliki dan mengembangkan sikap
kritis terhadap proses perubahan sosial budaya yang terjadi di
masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
:
Perilaku
manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika , kekuasaan,
persuasi, dan/atau genetika.
Nilai
sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa
yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.
Perilaku
sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan
untuk menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001).
Faktor
– Faktor Pembentuk Perilaku Sosial
Baron
dan Byrne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat
membentuk perilaku social seseorang, yaitu :
1. Perilaku dan karakteristik
orang lain
2. Proses kognitif
3. Factor lingkungan
4. Latar budaya sebagai tempat
perilaku dan pemikiran social itu terjadi
DAFTAR
PUSTAKA
- Bahan Ajar M.K Psikologi Anak Dalam Penjas PGSD oleh Didin Budiman
Komentar
Posting Komentar