Sebab-Sebab Yang Menimbulkan Perbedaan Dalam Pemahaman Aqidah
BAB I
Pendahuluan
- Latar Belakang
Hakikatnya, perbedaan merupakan anugerah Allah
‘Azza wa Jalla yang diberikan kepada manusia. Dialah yang
mengetahui rahasia di balik perbedaan yang dikehendakiNya. Tak
terkecuali ‘perbedaan
pendapat’yang menjadi pembahasan
bab ini. Dalam al-Qur`ân al-Karîm, Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman:
“Dan sekiranya Rabbmu menghendaki,
niscaya Dia menjadikan manusia ummat yang satu, namun mereka
senantiasa berselisih pendapat, kecuali o
rang-orang yang diberi
rahmat oleh Rabbmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Dan
kalimat (keputusan) Rabbmu telah ditetapkan: Sesungguhnya Aku akan
memenuhi neraka jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka)
semuanya.” (Q.S.
Hûd/11: 118-119)
Demikian pula rasûlullâh saw. pernah
memaparkan kepada para shahabatnya, dimana beliau mengisyaratkan akan
banyaknya terjadi perbedaan pendapat. Beliau bersabda: “Aku
wasiatkan kepada kalian, agar kalian bertakwa pada Allah, patuh dan
taat sekalipun yang memerintah seorang budak sahaya. Sesungguhnya
siapa saja yang hidup (di kala aku sudah tiada), maka kalian akan
menyaksikan perbedaan pendapat yang sangat banyak….” (al
Imâm an-Nawâwi, Syarhul
Arba’în an Nawâwiyyah, babWujûbu
Luzûmis Sunnah, hal. 187).
Maka sangatlah wajar, apabila para ulama
menyebutkan perbedaan pendapat itu merupakan sunnatullâhatau sunnah
rabbâniyyah, dimana
kaum muslimin tidak perlu menghindarinya. Bahkan sebaliknya dituntut
untuk lebih mengetahui akar persoalannya, terlebih-lebih dalam
memahami permasalahan agamanya.
BAB II
Pembahasan
A. Sebab – sebab timbulnya perbedaan pemahaman aqidah
1.2 pengertian aqidah
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) :
Kata “‘aqidah” diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ar-rabth(ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu(penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan) dan apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)
Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Akidah disebut pula iman atau kepercayaan yang merupakan titik tolak permulaan seseorang disebut muslim. Akidah merupakan pengetahuan pkok yang disebut “arkanuliman” atau rukun iman. Pokok-pokok keimanan tersebut dibahas dalam teologi islam. Teologi berasal dari kata “ Theos” artinya “tuhan” dan “logos” artinya “ilmu” , jadi teologi adalah ilmu tentang ketuhanan. Dengan kata lain yang dimaksud teologi adalah pengetahuan tentang tuhan dan manusia dalam pertaliannya dengan tuhan, baik disandarkan pada wahyu (revealed theology) maupun disandarkan pada penyelidikan akalpikiran (rational theology).
Teologi
timbul akibat faktor-faktor internal dan faktor faktor eksternal.
Faktor internal yang dimaksud adalah sebagai berikut :
- Sebagian umat menuhankan bintang-bintang sebagai sekutu Allah (QS Alan'am : 76-78), menuhankan Nabi Isa as. (QS Almaidah : 116) dan ada pula yang menyembah berhala-berhala (QS Alan'am : 74.
- Setelah islam berkembang luas, umat islam mulai memfilsafahkan agama. Hujjah dan penjelasan masing-masing mengakibatkan terjadinya perselisihan.
- Setelah Nabi Muhammad saw. Wafat, timbul perselisihan dalam memahami masalah masalah politik, misalnya tentang kekhalifahan. Umat islam terpecah dalam beberapa golongan dan perselisihan tersebut merembet ke dalam urusan ushul.
Selain
faktor-faktor di atas, timbulnya teologi juga disebabkan oleh faktor
faktor yang bersifat eksternal sebagai berikut :
Umat
islam yang semula beragama selain islam mulaimemikirkan agama asalnya
dan diberi corak keislaman. Lahirlah ajaran yang berbau ajaran hindu
sepertikonsep reinkarnasi dalam agama hindu, paham tentang umat
pilihan seperti ajaran Yahudi, dan sebagainya.
Umat
islam mempelajari berbagai pendapat dan alasan-alasan orang-orang
yang memusuhi islam terutama umat yahudi dan nasrani yang
mempergunakan filsafah Yunani. Masuknya filsafah Yunani dikalangan
umat islam menyebabkan perbedaan pendapat diantara umat islam semakin
besar.
Umat
Islam mempergunakan filsafat Yunani untukmenjawab,mengimbangiu dan
mengalahkan musuh-musuh Islam dengan melakukan perdebatan menggunakan
logika yang berasal dari filsafat Yunani.
B. Awal mula Aliran-aliran teologi
Ketika Rasul Muhammad SAW. Wafat (632 M), para
sahabat disibukkan dengan pembahasan mengenai pengganti Rasul sebagai
kepala negara, Sehingga penguburan Nabi adalah permasalahan kedua.
Dari hal ini lahir permasalahan khilafah. Perseteruan antara Ali Bin
Abi Thalib dengan Muawiyah Bin Abi Sufyan merupakan titik balik dari
pergeseran permasalahan politik menjadi permasalahan Teologi
Perseteruan
tersebut, diselesaikan dalam perang Shifin yang dimenangkan oleh
kelompok Muawiyah dengan jalan Tahkim atau Arbitrase. Kelompok Ali di
wakili Abu Musa al-Asy’ari sedangkan kelompok Muawiyah diwakili Amr
Ibn al-’As.
Peristiwa
Tahkim tersebut, menguntungkan pihak Muawiyah, sebab penjatuhan Ali
Bin Abi Thalib sebagai Khalifah yang Sah dan Muawiyah sebagai
gubernur Damaskus yang memberontak, hanya penjatuhan Ali yang
disepakati oleh Amr Ibn As.
1.1
Dampak Peristiwa Tahkim
Kubu
Ali Bin Abi Thalib terpecah menjadi 2 golongan yakni:
- Golongan Pendukung Ali Bin Abi Thalib, terkenal dengan nama Syiah
- Golongan Yang menyatakan keluar dari kelompok Ali, terkenal dengan nama Khawarij
- Golongan yang menjauhkan diri dari golongan Syi’ah dan golongan Khawarij, terkenal dengan nama golongan Murjiah.
Kaum
Khawarij berpandangan bahwa Sikap Ali yang menerima tipu muslihat
dari Amr Bin As adalah salah, sebab putusan hanya datang dari Allah
SWT melalui hukum-hukumnya dalam al-Qur’an.
Menurut Khawarij “la Hukma illa lillah” (tidak ada hukum selain dari Allah)
Menurut Khawarij “la Hukma illa lillah” (tidak ada hukum selain dari Allah)
1.2
Persoalan Dosa Besar
Kaum
Khawarij berpandangan Ali Bin Abi Thalib, Muawiyah, Amr Bin AS, Abu
Musa Al-Asy’ari dan seluruh orang yang menerima Arbitrase adalah
berdosa besar dan Kafir dalam arti keluar dari Islam dan harus di
bunuh.
Pandangan
ini bertolak pada S. al-Maidah:44 yang menyatakan “Siapa yang tidak
menentukan hukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah SWT.
Adalah kafir”
1.3
Aliran Aliran Teologi
1.
Syiah
Golongan
Yang menyanjung ali bin ali thalib ra, secara berlebihan. Syiah
semula berasal dari perjuangan politik memperebutkan kekhalifahan,
kemudian berkembang menjadi masalah agama. Menurut ajaran syiah,
khalifah atau imanbukanlah manusia biasa, ma'shum dari berbuat salah
dan telah mewarisi ilmu lahir dan ilmu batin serta mengajarkan rahsia
rahasia alam dan masalah goib. Setiap imam mewariskan perbendahraan
ilmunya kepada imam berikutnya.
Pokok
pokok ajaran syiah adalah sebagai berikut.
- Iman bersifat alishmah atau ma'shum segala tindak lakunya, tidak pernah berbuat dosa besar/kecil, tidak boleh salah/lupa, dan tidak berlaku maksiat.
- Muhammad Alhanafiah bin ali bin abi thalib yang meninggal tahun 81 H deberitakan gaib dan akan kembali. Kepercayaan tersebut disebut raj'ah, Nabi Muhammad saw., Ali bin Abi Thalib ra., akan hidup kembali pada waktu muncul almahdi.
- Almahdi, imam yang ma'shum akan datang setelah gaib untuk menegakkan keadilan, menghancurkan kezaliman dan membangun kekuatan. Pahamin muncul untuk membangkitkan semangat semangat berjuang menghancurkan pemerintahan muawiyah, setelah Ali bin Abi Thalib terbunuh, Hasan bin Ali membuat perjanjian damai dengan Muawiyah dan Husen bin Ali terbunuh di perang karbela.
- Taqiyyah merupakan program rahasia atau strategi yang harus di rahasiakan karena takut terhadap penguasa. Kaum Syiah akan pura pura taat atau menunjukan persetujuannya sampai suatu saat yang tepat akan melaksanakan rencana rencananya.
2. Aliran Khawarij
Kaum Khawarij adalah kaum pengikut Ali bin Abi
Thalib yang keluar dari barisan Ali, karena tidak setuju dengan
kebijaksanaan Ali bin Abi Thalib yang menerima tahkim / arbitrase
dari muawiyyah dan berakhir dengan kekalahan di pihak Ali bin Abi
Thalib ra., Khawarij artinya keluar dari jamaah.
Pokok pokok ajaran khawarij :
- Khilafah tidak bersifat warisan (waratsah), tetapi dipilih secara demokratis.
- Dosa hanyalah dosa besar, tidak adapembagian antara dosa besar dan dosa kecil dan semua pendurhakaan terhadap Allah adalah dosa besar.
- Mengamalkan perintah agama adalah bagian dari iman. Iman bukan hanya i'tikad, maka barang siapa beriman namun tidak mengamalkan kewajiban agama dan melakukan dosa besar, dialah kafir.
3. Aliran Murji'ah
Murjiah
artinya meangguhkan, maksudnya menagguhkan balasan Allah sampai
akhirat annti terhadap seseorang yang saleh atau fasiq. Penilaian
baik atau buruk terserah kepada Allah. Iman adalah membenarkan dengan
hati saja atau ma'rifat kepada Allah dengan hati, bukanpengertian
lahir. Apabila seseorang beriman dengan hatinya, maka dia muslim
sekalipun lisannya lisannya tidak mengucapkan syahadataindan dia
yahudi atau nasrani. Mengikrarakan dengan lisan dan amal perbuatan
bukan bagian dari iman. Orang berdosa besar tetap mukmin sebab dia
membenarkan dengan hatinya, tetapi fasik karena melakukan dosa besar.
Orang yang berdosa tidak kekal di dalam neraka, karena pahala tidak
akan di pungkiri sedangkan siksa boleh jadi akan dipungkiri. Pahala
adalah siksa dan siksa adalah keadilannya.
4. Mu'tazilah
Washil
bin Atho berbeda pendapat dengan gurunya, Hasan Al Basri, sehingga
memisahkan diri dari majlis dan membuat majlis sendiri. Mu'tazilah
artinya memisahkan diri (I'tazala). Wshil bin Atho menyatakan bahwa
seseorang yang berbuat dosa besar dan meninggal sebelum bertobat
adalah fasik (antara kafir dan mukmin), sedangkan gurunya menyatakan
tetap muslim. Mu'tazilah mengutamakan akal fikiran, baru kemudian
Alqur'an dan Hadis. Ajaran agama yang bertentangan dengan akal
pikiran di buang jauh-jauh sekalipun ada nashnya.
Prinsip-prinsip
ajaran Mu'tazilah adalah sebagai berikut.
- Tauhid : Tuhan itu Esa, tidak ada yang menyamai bukan jism, tidak bisa disifati dengan sifat-sifat yang ada pada makhluk, tidak terbatas, tidak melahirkan, tidak dilahirkan, tidak dapat dicapai dengan indra, tidak dapat dicapai dengan fikiran, Maha mengetahui, Berkuasa dan hidup. Ahlu adli wat tauhid.
- Adil : Keadilan berarti meletakan tanggung jawab manusia atas perbuatannya, Tuhan tidak menghendaki keburukan, tidak menciptakan perbuatan manusia, manusia bisa mengerjakan perintah atau larangan karena kekuasan yang disajikan pada Tuhan pada dirinya, Tuhan tidakmemerintahkan kecuali yang dilarangnya. Tuhan hanya menguasai kebaikan yang diperintahkan dan berlepas dari keburukan yang dilarangnya.
- Janji dan ancaman: Tuhan berjanji akan memberi pahala dan mengancam akan menjatuhkan siksaan. Siapa berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan, sebaliknya yang berbuat jahat akan dibalas dengan kejahatan. Tak ada ampunan dosa besar tanpa taubat dan tak mungkin berbuat baik tanpa pahala.
- Tempat diantar Dua tempat : Dosa besar selain musyrik adalah fasik, tidak mukmin dan tidak pula kafir.
- Amar ma'rufnahi mungkar : Barang siapa berpendirian benar, maka wajib atasnya memperjuangkannnya. Apabila cukup lakukandengan lemah lembut dan lisan, namun tidak cukup, lakukan dengan menggunakan pedang.
5.
Ahlu sunnah wal jama'ah
Golongan
ini dipimpin oleh Abul Hasan Al Asy'ary yang hidup tahun 260 H dan
Abu Mansur Al Maturidy yang hidup tahun 333 H.
1. Asy Ari'ah
Menurut aliran ini, dijelaskan oleh
syahrastani, iman secara esensial adalah tasdiq
bil al janan (membenarkan dengan
kalbu). Sedangkan qaul
dengan lisan dan melakukan berbagai kewajiban utama (amal bil arkan)
hanya merupakan furu’(cabang-cabang) iman. Oleh sebab itu, siapa
pun yang membenarkan ke-Esaan Allah dengan kalbunya dan juga
membenarkan utusan-utusan nya beserta apa yang mereka bawa dari-Nya,
iman secara ini merupakan sahih. Dan keimanan seseorang tidak akan
hilang kecuali ia mengingkari salah satudari hal-hal tersebut.
Kaum
Asy’ariyah – yang muncul sebagai reaksi terhadap kekerasan
Mu’tazilah memaksakan paham khalq
al-Quran – banyak membicarakan
persoalan iman dan kufur. Asy’ariyah berpendapat bahwa akal manusia
tidak bisa merupakan ma’rifah dan amal. Manusia dapat
bahwa akal manusia tidak bisa merupakan ma’rifah dan amal. Manusia
dapat mengetahui kewajiban hanya melalui wahyu bahwa ia berkewajiban
mengetahui Tuhan dan manusia harus menerimanya sebagai suatu
kebenaran. Oleh karena itu, iman bagi mereka adalah tashdiq.
Pendapat ini berbeda dengan kaum Khawarij dan Mu’tajilah tapi dekat
dengan kaum Jabariyah. Tasdiq
menurut Asy’ariyah merupakan pengakuan dalam hati yang
mengandung ma’r ifah terhadap Allah
2. Maturidiyah
Dalam
aliran Maturidiyah terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok
Samarkhand, dan kelompok Bukhara
1. Maturidiyah golongan Samarkand
Dalam masalah iman, aliranMatur idiyah
Samarkand berpendapat bahwa iman adalah tashdiq bi al-qalb, bukan
semata-mata iqrar bi al-lisan.Apa yang diucapkan oleh lidah dalam
bentuk pernyataan iman, menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan
lidah. Al-Maturidi tidak berhenti sampai di situ. Menurutnya,tas
hdiq, seperti yang dipahami di atas, harus diperoleh dari ma’rifah.
Tashdiq
hasil darim a’r ifah
ini didapatkan melalui penalaran akal, bukan sekedar berdasarkan
wahyu. Lebih lanjut, Al-Maturidi mendasari pandangannya pada dalil
naqli surat Al-Baqarah ayat 260. Pada surat Al-Baqarah tersebut
dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim meminta kepada Tuhan untuk
memperlihatkan bukti dengan Nabi Ibrahim meminta kepada Tuhan untuk
memperlihatkan bukti dengan menghidupkan orang yang sudah mati.
Permintaan Ibrahim tersebut, lanjut Al-maturidi, tidaklah berarti
bahwa Ibrahim belum beriman. Akan tetapi, Ibrahim mengharapkan agar
iman yang telah dimilikinya dapat meningkat menjadi iman hasil
ma’rifah.
Jadi, menurut Al-Maturidi, iman adalah tas
hdiq yang berdasarkan ma’r
ifah. Meskipun demikian,ma’r
ifah menurutnya sama sekali bukan
esensi iman, melainkan faktor penyebab kehadiran iman.
2. Maturidiyah golongan Bukhara
Adapun
pengertian iman menurut Maturidiyah Bukhara, seperti yang dijelaskan
oleh Al-Bazdawi, adalah tashdiq bi al
qalb dan tashdiq
bi al-lisan. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa tashdiq bi al-qalb adalah meyakini dan membenarkan dalam hati
tentang keesaan Allah dan rasul-rasul yang diutus-Nya beserta risalah
yang dibawanya. Adapun yang dimaksud demgan tashdiq al-lisan adalah
mengakui kebenaran seluruh pokok ajaran Islam secara verbal. Pendapat
ini tampaknya tidak banyak berbeda dengan As
y’ar iyah, yaitu sama-sama
menempatkan tashdiq sebagai
unsur esensial dari keimanan walaupun dengan pengungkapan yang
berbeda.
D. IMAN DAN KUFUR
1. Pengertian iman
Dalam Al-Qur’an iman itu selalu berkaitan
dengan amal perbuatan baik berupa pelaksanaan rukun-rukun Islam, akan
menyebabkan manusia hidup berbahagia di dunia dan di akhiratnya.2
Iman dari segi lughat, kata iman berarti : pembenaran ( التَّصـْدِ
يـْقُ ) inilah makna
yang dimaksud dengan kata ( مُؤْ
مِنٌ ) dalam surat
Yusuf 12, 17 yanga rtinya “Dan kamu sekali-kali tidak akan
membenarkan kami (مُؤْ
مِنٍ لَّـنَا )
walaupun kami orang-orang yang benar”. Dari ayat di atas, makna
mukmin yakni orang yang membenarkan. Adapun makna iman dari segi
istilah ialah pembenaran atau pengakuan hati dengan penuh yakin tanpa
ragu-ragu akan segala apa yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW yang
diketahui dengan jelas sebagai ajaran agama yang berasal dari wahyu
Allah.
Iman
adalah :
Dalam sebuah hadis di definisikan tentang iman
:
“iman
adalah meyakini dengan hati, menetapkan dengan lidah dan melaksanakan
dengan anggota”. (H.R Al-Buhari)
2. Pengertian Kufur
Kufur adalah kebalikan dari pada iman. Dari
segi lughat “kufur” artinya menutupi. Orang yang bersikap ‘kufur’
disebut kafir, yaitu orang yang menutupi hatinya dari hidayah Allah.
Firman Allah dalam surat an-Nisa / 4 : 136
وَمَنْ
يَكْفُرْ بِاللهِ وَمَلآئِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ
اْلآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا
(النساء
: 136)
“Barangsiapa
yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah
sesat sejauh-jauhnya.”
Adapun pengertian kufur yang diambil dari
Ensiklopedi Islam, yaitu : Al-Kufr (tertutup) atau tersembunyi,
mengalami perluasan makna menjadi “ingkar” atau tidak percaya,
ketidakpercayaan kepada Tuhan. Kata kafir mengisyaratkan usaha keras
untuk menolak bukti-bukti kebenaran Tuhan, yakni sebuah kehendak
untuk mengingkari Tuhan, sengaja tidak mensyukuri kehidupan dan
mengingkari wahyu.
kufur menurut bahasa adalah menutup. Bila orang
yang menyangkal dan musyrik disebut kafir karena orang itu menutupi
dirinya dari nikmat allah dan menutup jalan untuk mengenal Allah.
Orang yang berdosa besar adalah kafir karena dia selalu menutupi
dirinya dengan dosa. Kufur terbagi menjadi 2 yaitu kufur besar dan
kufur kecil. Kufur besar dapat mengeluarkan seseorang dari agama
islam sebagai berikut :
- Mendustakan Allah atau mendustakan kebenaran (QS Al Ankabut : 68 )
- Tidak Tunduk dan congkak terhadap Allah (Qs Albaqarah : 34)
- Meragukan Allah (QS Alkahfi : 35-38)
- Berpaling dari seruan Allah (QS Alahqaf : 3)
- Menampakan keimanan, sembunyikan kejahatan (Nifaq – QS Annahl :85)
Selain
Kufur besar, terdapat pula beberapa kekufuran kecil yang tidak
menjadikan pelakunya keluar dari islam atau yang disebut kufur amali.
Kufur amali adalah dosa-dosa yang disebutkan dalam Alqur'an dan
Hadis, seperti kufur nikmat. ( QS Annahl : 85 )
D.
Akidah Dalam Kehidupan Sehari-hari
Akidah
merupakan pondasi seorang muslim. Ibarat sebuah bangunan, maka akidah
seseorang akan menentukan kekuatan bangunan Islam, baik dalam
menegakkan syariah maupun dalam menampilkan akhlaknya. Akidah
dibangun atas pokok-pokok kepercayaan terhadap enam halyang lazim
disebut rukun iman seperti tertuang dalam firman Allah dalam surat
Annisa ayat 136 sebagai berikut :
Yang
artinya :
“Wahai
orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasulnya
dan kepada kitab yang diturunkan kepada Rasulnya serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang tidak beriman kepada
Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya dan hari
kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”
(Annisa : 136 )
Ibadah
merupakan inti kehidupan di dunia, sebab Allah telah berfirman dalam
surat Adz Dzariat (51) ayat 56 yang artinya “Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka mengabdi padaku”.
Ajaran Islam tidak hanya menyangkut kepercayaan dan penyembahan
kepada Allah SWT., (Vertikal atau hablum minallah), namun mengatur
juga hubungan antara manusia dengan makhluk lainnya (horizontal atau
hablum minannas).
Dengan
kata lain, ibadah menurut Islam bukan hanya menjalankan ajaran yang
disebut rukun Islam (ibadah khusus), seperti taharah, shalat, zakat,
puasa, dan haji, tetapi jugakegiatan syariah yang lain (ibadah umu
dan muamalah). Sebagai muslim yang baik, segenap ajaranislam tentunya
sedapat mungkin dilaksanakan sesuai dengan perintahdan larangan Allah
dalam surat Albaqarah 2: 208 yang artinya :
“Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kedalam ajran agamamusecara
menyeluruh dan janganlah engkauturuti langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.
Setiap
muslim terlebih dahulu perlu menanamkan keyakinan secara mendalam
tentang kebenaran ajran Islam, sebagaimana disebutkan dalam
surat-surat di bawah ini.
- “Sesungguhnya agama (yang hak) disisi Allah adalah Islam “. ( QS. Ali Imran :19)
- “Barang siapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan di terima ajaran tersebut dan diakhirat termasuk orang yang merugi”.(QS. Ali Imran : 85)
- “Pada hari ini telah ku sempurnakan bagimu agamamu dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-ku dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agamamu”. (QS. Alma'idah : 3)
BAB
III
Penutup
Kesimpulan
Pengertian
aqidah :
- Pengertian aqidah secara etimologi
Kata “‘aqidah” diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ar-rabth(ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu(penetapan).
Pengertian Aqidah Secara Terminologi
Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Sebab-sebab
timbulnya perbedaan dalam pemahaman aqidah adalah Terjadinya
perpecahan umat muslim yang menimbulkan beberapa golongan sehingga
menyebabkan terjadinya perbedaan dalam pemahaman aqidah.
DAFTAR PUSTAKA
- Ahmad Muhammad,1998.Tauhid Ilmu Kalam.CV. Pustaka setia:Bandung.
- Syekh Ibnu Jabr Ar-Rummi.2007.Mendaki Tangga Ma’rifat.Mitrapress
- http/www.Annur Blog _ Definisi dosa besar.com
- http/www.ImanKufur.com
Komentar
Posting Komentar